Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وفي بُضع أحدكم صدقة ، قالوا : يا رسول الله أيأتي أحدُنا شهوتَه ويكون له فيها أجر ؟ قال : أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه فيها وزر ؟ فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر
“Hubungan badan salah seorang di antara kalian adalah sedekah.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?” Beliau menjawab: “Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa. Maka demikian juga jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala.” [HR. Muslim]
Dalam sebuah atsar disebutkan :
حدثنا الهيثم بن خلف الدوري ثنا مؤمل بن هشام ثنا يحيى بن حماد عن السري بن يحيى عن محمد بن سيرين قال ربما أفطر ابن عمر على الجماع
Telah menceritakan kepada kami Al-Haitsam bin Khalaf Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Muammal bin Hisyam, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad, dari As-Sari bin Yahya, dari Muhammad bin Sirin, ia mengatakan, “Kadang-kadang Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma buka puasa dengan jima’ (menyetubuhi istrinya).” [HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir, 12/269]
قال الهيثمي في المجمع 3/156 : وإسناده حسن
Al-Haitsami dalam Al-Majmu’ (3/156) mengatakan : “Sanadnya Hasan.”
و يسن ان يفطر على تمر و الا فماء فان لم يكن لم يجد الا الجماع افطر عليه (البيجورى ١/٤٣٦)
“Dan disunnahkan berbuka dengan korma, bila tidak ada maka dengan air. Dan bila tidak ada kecuali hanya ada jima’ maka berbukalah dengannya.” (Al-Baijuri, 1/436)
قوله و تعجيل فطر اى بغير جماع وانما يسن ما ذكر . (بشرى الكريم ٢/٧٣)
“Dikatakannya, jika tidak ada yang untuk dibuat buka kecuali jimak, maka jimak bisa menjadi kesunahan ta’jilul fitri.” (Busro Al-Karim, 2/73